Bedak Padat, Teti Gumiati dan Meitha KH di Kampus Unggu
oleh : Yandi Hidayatullah
“Bedak Padat”, acara tersebut
dihadiri 277 peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa, guru serta 14 tamu
undangan. Tepatnya Minggu (17/3), bertempat di Auditorium Universitas Galuh
Ciamis diselenggarakan Bedah Karya dan Pendapat (Bedak Padat) dengan sangat
meriah, mengambil tema “Penulis Perempuan Merengkuh Kata, Mewujudkan
Sayap-sayap Pencerahan”. Dalam kegiatan tersebut mengundang dua pembicara
sekaligus penyair, Teti Gumiati,Dra.,M.Pd. dan Meitha KH. Bukan hanya
pembicara, tamu undangan pun hadir, di antaranya Bode Riswandi, beberapa
mahasiswa Unsil, dan tentunya komunitas penulis perempuan Indonesia (KPPI).
Kedua pembicara, Teti Gumiati dan
Meitha KH merupakan perempuan-perempuan luar biasa. Di satu sisi mampu menjadi ibu rumah tangga, ternyata
di sisi lain, mampu berkarya. Bedah Karya dan Pendapat tersebut berisikan acara
bedah buku kumpulan puisi karya Teti Gumiati,Dra.,M.Pd, yang sekaligus Ketua
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksatrasia) FKIP Universitas
Galuh Ciamis dan antologi puisi karya Meitha KH, yang sekaligus ketua KPPI
pusat serta pemandu acara talk show di
MQTV.
“Rasanya jarang acara seperti ini,
jadi saya sangat senang sekali untuk datang dan menyaksikan acara Bedak Padat
seperti ini,”ungkap Tini, mahasiswa 2 C, Diksatrasia.
Acara dimulai pukul 08.30, namun
sebelumnya peserta Bedak Padat disuguhi penampilan musikalisasi puisi,
deklamasi puisi dari kelompok Teater Pijar, Diksatrasia FKIP Univesitas Galuh Ciamis.
Saat acara yang dibawakan Iin Hodijah,S.Pd. dimulai, peserta begitu antusias,
pihak panitia mampu menyenggarakan kegiatan, namun tidak meninggalkan door
prize untuk peserta. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik peserta
mengikutinya.
Antologi puisi karya Teti
Gumiati,Dra.,M.Pd. berjudul “Harmoni’ dan antologi puisi karya Meitha berjudul
“Mesin Waktu”. Kedua antologi puisi tersebut dibedah oleh Wida Waridah. Dengan
mengambil beberapa judul dalam antologi kedua puisi tersebut, Wida mampu menjabarkan
perihal makna yang terkandung di dalam kumpulan puisi keduanya.
“Kumpulan puisi harmoni karya Teti
Gumiati adalah sebuah upaya perenungan sang penulis terhadap hidup. saya lebih suka
menyebutnya sebagai buah kecintaan penulis terhadap kehidupan. Sebab dengan
cinta, seseorang bisa lebih intens untuk memahami, mendalami, dan emmbongkar
apa yang tersebumbunyi,”ungkapnya.
Wida memberikan contoh puisi yang
berjudul “Rumah Burung”. Dalam pemaparannya, Wida menggambarkan mengenai
perenungannya dalam hal larik menebang pohon mangga, menjadi sebuah
penggusuran, dan peradaban. Wida pun menyatakan, bahwa Teti Gumiati begitu
halus dalam mengungkapkan perasaannya, sehingga melihat pohon mangga bukan lagi
sekadar pohon mangga yang tumbuh begitu saja, berbuah, lantas menggugurkan
daunnya. Namun di dalamnya terkandung banyak hal yang bermakna dalam. Pembedah,
Wida Waridah ketika membedah kumpulan puisi Harmoni, mengungkapkan bahwa
puisikarya Teti Gumiati tersebut mengingatkannya pada puisi Sutan Takdir
Alisyahbana.”Kumpulan puisi harmoni mengingatkan saya pada puisi-puisi pada
masa Sutan Takdir Alisyahbana, penyair angkatan pujangga baru,”paparnya.
Ketika memaparkan kumpulan puisi
karya Meitha, Wida Waridah menyatakan antologi Mesin Waktu bentuknya lebih
bebas. “ Bentuknya sedikit bebas, sebagai puisi liris, namun pada beberapa
judul lain, kita akan menemukan puisi-puisi prosa. Kumpulan puisi yang terdiri
dari 49 judul puisi ini, diikat bukan oleh bentuk”ungkapnya.
Kebebasan bentuk seperti yang
diungkapkan Wida Waridah, memang benar terlihat pada judul puisi Hujan Runtuh
dan Sudah Lima Tahun. Dalam pembahasan
akhirnya, Wida menyatakan ketertarikannya pada puisi Meitha yang disimpan di
akhir antologinya, yang berjudul Jarak Kita. “Puisi yang ditempatkan di paling
akhir inilah yang menurut saya bisa menjadi jiwa dari kumpulan puisi Mesin
Waktu. Puisi ini mewakili seluruh puisi-puisi yang ada di dalam kumpulan puisi
Mesin Waktu,”jelasnya.
Acara yang selesai pukul 12.00 tersebut, ditutup dengan penampilan
beberapa kelompok musikalisasi puisi dan duet pembacaan puisi, yang hal ini
memberikan kesan tersendiri di hadapan peserta Bedak Padat. Tidak selesai
sampai di sana, peserta usai mengukuti kegiatan disuguhi dengan Bazar Buku.
Dalam Bazar tersebut terdapat kumpulan puisi Teti Gumiati, Harmoni beserta CD
musikalisasi puisinya, antologi puisi
karya Meitha, Meitha KH. serta Tabloid Linguistika, dan buku-buku Mata Kuliah.
“Luar biasa acara ini, mulai saat ini saya akan terus menulis baik fiksi maupun
nonfiksi, benar bahwa menulis menandakan bahwa kita pernah hidup,”ungkap Ai
Santi di akhir acara. (Yandi Hidayatulloh, Pemred Linguistika Diksatrasia
FKIP Universitas Galuh Ciamis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar