Selasa, 22 Januari 2013

Domukentasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia




Baca Selengkapnya »»  

Pemimpin Redaksi Tabloid Linguistika (Yandi Hidayatulloh)


Baca Selengkapnya »»  

Pemimpin Umum Linguistika (dari kiri, Prito, Bu Teti, dan Bode Riswandi)


Baca Selengkapnya »»  

Membangun Keterampilan Menulis


Salah satu hal yang paling sering kita hindari dalam ruang lingkup keterampilan berbahasa adalah menulis. Menulis kadang mudah kadang sulit. Sebenarnya kesulitan itu bersumber dari dalam diri kita. Ketika apa yang kita pikirkan dalam hidup ini sulit maka prosesnya akan sulit, sedangkan  jika kita berpikir dengan mudah maka prosesnya akan terasa mudah. Sebab sulit dan mudah kita yang menciptakan.  
Menulis adalah aktivitas berpikir, yaitu memikirkan rangkaian kata yang akan kita aplikasikan ke dalam tulisan. Menurut D’Angelo (1980:5) menyatakan bahwa menulis adalah belajar berpikir dalam dengan cara tertentu. Menulis dilihat dari segi hakikatnya dapat dibagi atas tiga aspek, yakni (1) menulis sebagai proses berpikir, (2) menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas, (3) menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan membaca.
Berikut pemaparan dari ketiga aspek hakikat menulis tersebut.
(1)   Menulis sebagai proses berpikir, seperti yang telah diuraikan di atas bahwa menulis adalah aktivitas berpikir. Pengalihan ide atau imajinasi ke dalam rangkaian kata yang memiliki makna dan tujuan untuk disampaikan kepada pembaca. Tulisan yang baik ialah tulisan yang mampu mengubah pikiran pembaca dari yang belum tahu menjadi tahu, pengetahuan dan pengalamannya. Mengapa menulis adalah proses berpikir? Sebab ketika apa yang kita pikirkan tidak baik, maka hasil tulisan pun tidak akan baik, begitu pun sebaliknya. Pikiran lah yang mengatur aktivitas menulis.
(2)   Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas. Karangan atau cerita merupakan hasil dan bukti dari serangkaian aktivitas menulis. Misalnya dalam pembelajaran di sekolah, menulis dikatakan serangkaian aktivitas yaitu ketika siswa diberi kesempatan bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan pramenulis, penyusunan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi, siswa dapat mengetahui keterbatasannya secara jelas dan akan berupaya untuk meningkatkan kemampuan secara bertahap dan berkesinambungan.
(3)   Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan membaca. Hasil proses menulis ada karena sebelumnya kita membaca. Menulis dan membaca tidak bisa terpisahkan, ibarat makan dan minum. Jika ada salah satu yang terpisah, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup kita terutama dalam pemahaman dan pengalihan informasi. Keterampilan membaca menunjang keterampilan menulis. Jika menulis ialah pengalihan informasi atau pesan yang telah kita terima, maka membaca ialah penyerapan (bukan menerima) informasi atau pesan yang akan kita terima.
Ketiga aspek dalam hakikat menulis tersebut harus kita pahami dan cermati, jika kita berada dalam ranah keterampilan berbahasa terutama menulis. Sebab tidak ada suatu kegiatan yang pada akhirnya akan menulis terutama di lingkungan akademik.        

Menulis bukan bakat
Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini tak luput dari yang namanya proses. Berbagai fenomena pun ada prosesnya. Contoh yang paling dekat dengan kita ialah di lingkungan sekitar atau fenomena alam. Seekor kupu-kupu yang terbang dengan kibasan sayap indahnya tentu melalui sebuah proses yaitu metamorfosis. Sebelum menjadi kupu-kupu dengan bentuk sayap yang indah, terlebih dahulu menjadi seekor ulat berbulu tajam dengan bentuk menggelikan dan buruk rupa. Setelah itu membalut diri dengan kulit keras, menggantungkan diri di ranting-ranting pohon, dan menghabiskan waktu yang begitu lama hingga berminggu-minggu menjadi kepompong. Seiring berjalan waktu, ulat yang menjadi kepompong tersebut akhirnya mengepakkan sayap indahnya, jadilah ia seekor kupu-kupu yang cantik.
Fenomena alam mengajarkan kita bagaimana memahami sebuah proses terutama menjalaninya. Sebab hal yang paling tidak bisa kita hindari adalah sebuah proses. Diam atau bergerak pun bisa merupakan sebuah proses. Proses akan menuntun ke arah perubahan yang lebih baik. Aktivitas menulis merupakan salah satu proses yang mampu membawa kita ke dunia lain dan memperoleh sesuatu yang lain tentunya yang bermanfaat terhadap perkembangan diri.  
Menurut penulis ada dua hal yang mampu membangkitkan jiwa kepenulisan yang ada di dalam diri kita, yaitu keinginan dan konsistensi. Keduanya berpengaruh terhadap alur dan makna yang akan kita terapkan dalam bahan tulisan kita.
Pertama, keinginan. Setiap manusia dibekali dengan pikiran dan hati. Pikiran dan hati akan selaras jika berada dalam situasi dan kondisi yang membuat kita merasa tenang dan nyaman. Jika keduanya tidak selaras maka kehampaan dan kegelisahan lah yang akan menghampiri ruang pemikiran kita. Pikiran dan hati yang tenang disertai situasi serta kondisi yang nyaman merupakan pemicu timbulnya suatu keinginan. Begitu tinggi keinginan kita dalam menulis, maka ide atau gagasan pun akan mudah kita dapatkan. Mudah dalam arti kita merasa tidak terbebani dalam pencarian informasi, pembacaan bahan bacaan, dan pengaplikasian ide/gagasan.
Kedua, konsistensi. Konsistensi ialah ketetapan yang berpusat di dalam diri. Ini ada hubungannya dengan mental atau keadan psikologis seseorang. Setiap orang memiliki sikap konsisten, misalnya jika kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi tentu hal pertama kali yang harus kita lakukan ialah berusaha untuk mewujudkannya. Berusaha secara terus menerus merupakan wujud dari sikap konsisten kita. Apalagi jika ingin menjadi seorang penulis, tidak cukup hanya memiliki keinginan saja melainkan harus konsisten. Konsisten dalam hal pencarian informasi dari berbagai sumber, konsisten dalam berlatih menulis, dan konsisten dalam memotivasi diri terhadap apa yang akan menjadi bahan tulisan kita.
Keinginan dan konsistensi merupakan dua hal yang harus tertanam dalam jiwa kita, jika ingin mewujudkan apa yang kita mimpikan. Setelah adanya keinginan, terapkan lah sikap konsisten dalam diri, seperti dalam pepatah bahwa sesuatu yang besar bisa terjadi dan ada karena diawali dari sesuatu yang kecil yang dilakukan secara konsisten. Semoga!  

Aji Septiaji, S.Pd.
Pengajar pada mata kuliah dasar umum Bahasa Indonesia.
Karya tulis seperti artikel, opini, puisi, dan cerpen telah diterbitkan
di HU. Kabar Priangan.


Baca Selengkapnya »»  

Seminar Proposal Diksatrasia Unigal


Sudah beberapa minggu kebelakang, mahasiswa Universitas Galuh Ciamis khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksatrasia)  disibukan dengan penentuan judul skripsi, serta bimbingan proposal. “Kalau boleh jujur lelah sih, tapi demi skripsi agar cepat selesai saya mesti kerja keras, jangan sampai banyak mengeluh, alhamdulillah pembimbing saya Bu Teti, beliau sangat mensuport sekali,”ujar Nadia, salah satu mahasiswa Diksatrasia.
Hingga Selasa kemarin (22/1) diselenggarakan Seminar Proposal Penelitian yang pertama oleh Prodi Diksatrasia. Terlihat mahasiswa yang berjumlah 48 orang mengikuti seminar proposal. Dari jumlah tersebut dibagi menjadi dua kelompok pengujian yakni kelompok satu dan dua. Kelompok satu mengadakan seminar proposal di ruang 19 sedangkan kelompok dua di ruang 21.
            Sekitar pukul 08.00 WIB, mahasiswa sudah berkumpul di ruang 19 dan 20. Mahasiswa yang di ruang 19 yakni berjumlah 24, yang merupakan mahasiswa pendaftar 24 pertama, sedangkan yang berada di ruang 2, yakni pendaftar 24 kedua, yakni urutan 25 hingga 48. “Tadi dari rumah belum sempat makan, yang terpenting jangan sampai datang terlambat mengikuti seminar proposal, mohon doanya saja,”ungkap Ima, mahasiswa yang mengambil PTK.
            Selaku dosen yang berada di ruang 19 yakni Sri Mulyani,Dra.,M.Pd., R.Hendaryan,Drs.,M.M., dan Ending Jahrudin,Drs.M.Pd. Sedangkan dosen yang berada di ruang 21 yaitu S.Munir,Drs.,M.M., H.R.Herdiana,Drs.,M.M., dan Dr.Ikin Syamsudian Adeani,M.Pd., yang sekaligus Pembantu Dekan 1 FKIP Unigal. Hari sebelumnya, Senin (21/1), mahasiswa yang sudah dinyatakan selesai penulisan proposal dan melakukan pendaftaran, dikumpulkan di ruang 19, pukul 12.00-13.00. Hal itu guna memberikan gambaran mengenai seminar proposal, serta memberikan informasi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan seminar proposal.
            Pada kenyataannya terdapat beberapa jenis penelitian, yakni penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian eksperimen dan penelitian analisis deskriptif. Berdasarkan jenis penelitian tersebut, dosen mengelompokan dalam satu ruangan tersebut mana yang termasuk PTK, eksperimen, dan deskripsi analisis. Setiap mahasiswa diharusnya mempresentasikan proposalnya dalam bentuk Powerpoint selama 10 menit, setelah itu dosen akan bertanya dan mengarahkan penelitian yang dilakukan.
            Seminar proposal selesai hingga pukul 15.00 yang sebelumnya dosen memberikan waktu istirahat yakni pukul 12.00-13.00. Setelah selesai seminar proposal mahasiswa dipersilahkan membetulkan koreksi atau merevisi apa yang masih salah. Setelah itu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dan dalam jangka waktu lima hari ke depan, yakni Senin (28/1), proposal yang sudah diperbaiki diberikan ke Prodi. Dosen mengharapkan dengan adanya seminal proposal ini, menjadikan mahasiswa tahu arah penelitian.”Silahkan kepada mahasiswa yang perlu merevisi, maka lakukan segera. Seminar proposal bukan untuk menguji atau menyatakan lulus tidaknya penelitian, namun untuk memperjelas pemahaman dan arah penelitian yang mahasiswa akan lakukan,”pungkas S.Munir,Drs.,M.M., selaku dosen Diksatrasia diakhir seminar proposal. (Yandi H./Koresponden Ganesha)
Baca Selengkapnya »»  

Sabtu, 19 Januari 2013

STOP TANPA PRESTASI


Loyalitas akan kemewahan karena pergaulan menjadi prioritas sekelompok orang yang bertitle kan mahasiswa. Sepanjang pagi hingga siang di gedung yang menjanjikan masa depan, mereka memakai apa yang di milikinya kadang kala menjadi special ketika orang lain tidak memiliki. Satu datang yang lainnya pergi tak menyurutkan animo gaya yang sama dengan sebelumnya, hampir sama bahkan mirip. Seakan memenuhi jalanan kampus melenglang dengan celotehan khas ala mahasiswa. Serba baru dan mengikuti trend terkini yang menempel di setiap jengkal badannya, sedikit menyakitkan mata dan perasaan jika yang lain tak bisa mengikuti trendsetter.

Tentu bukan itu saja yang menjadi sorotan dari penyandang gelar agen of change ini. Banyak realita yang mungkin secara gamblang mereka perlihatkan atau bahkan tersirat demi suatu pencitraan. Mata-mata tajam saja, yang mampu menyorot kehidupan yang sebenarnya abu-abu itu. Ketika benar di perdebatkan dan salah di perbincangkan. Banyak generasi muda yang menggantungkan pada gelar mahasiswa. Namun pada kenyataannya harapan itu harus pupus melihat realita yang ada. Sama halnya dengan masa-masa sekolah sebelumnya anak pintar dan aktif mengalahkan anak yang kurang motivasinya dalam belajar. Mereka semakin berbeda, perlakuan yang telah menjadi tradisi.

Tak ada gading yang tak retak, seutuhnya tak sempurna di balik kemasyuran mahasiswa. Di balik prestasi baiknya di sana terdapat perangai mengenakan topeng. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kita harus membeli hidup untuk mempertahankan hidup, apalagi kebahagiaan yang semakin tak wujud rupanya. Si cantik terpaksa si tampan bertukar tempat bahkan mereka kini dalam satu tempat, bermain di putaran yang membuat mabuk dan enggan kembali. Memainkan peranan tak semestinya, seolah-olah benar dengan tingkah manisnya. Melambai tak lesu merangkak semakin terlena.

Dalam kaitannya dengan agen pembaharu bangsa, mahasiswa merupakan tonggak penciptaan dunia baru yang menyejahterakan bangsa kelak. Tentunya bangsa kita memerlukan orang-orang yang mampu memberikan kontribusi, yang jelas harus mempunyai visi ke depan tentang Indonesia. Mahasiswa merupakan bagian dari juru penyelamat bangsa harus mampu menebarkan jiwa nasionalisme terlebih optimisme di kalangannya yang masih berleha-leha dan menganggap semuanya mudah didapat dengan uang. Dengan segala keegoisan hidup menjadikan lupa dari mana mereka berasal dan untuk apa mereka diberi penghidupan olehNya. Nasi belum menjadi bubur, tanamkan semangat untuk membangun masyarakat sejahtera dengan tangan muda kita, tangan mahasiswa! Kita harus sadar diri jika yang di emban sekarang adalah sebuah amanat, di luaran sana banyak yang menanti buah tangan kreativitas mahasiswa, membantu pelik hidup  berubah menjadi kebahagiaan.(Yulistika,Linguistika)
Baca Selengkapnya »»  

Jumat, 18 Januari 2013

Galeri Diksatrasia




Baca Selengkapnya »»  

SENIMAN PIJAR “ KANG JARO X YUS”

            Sahabat linguistika, penulis akan memperkenalkan seorang Dosen sekaligus seniman yang bergiat dalam Teater Pijar yang  menjadi santapan informasi faktual saat ini. Yuyus Supriatna S.Sn yang kerap di sapa Kang Yus X Jaro yang lahir di Camis, 18 maret 1972.
            Tidak diragukan lagi bahwa beliau memang pantas menjadi figur untuk semua masyarakat khususnya bagi para generasi muda untuk selalu berkarya. Dari rangkaian kehidupan yang dijalani beliau hingga sampai sekarang, darah asli Ciamis ini merupakan seorang yang bertalenta dan juga profesional dalam menjalankan pekerjaannya,  yang beliau tanamkan  dalam diri dan beliau sampaikan kepada anak didiknya yakni hidup harus ikhlas,ikhlas dan ikhlas. Penulis sangat kagum dengan kesederhanaaan beliau. Kesederhanaan itulah yang menjadi ciri yang paling bermakna bahwa di balik kesederhanaan itu terdapat jiwa seni yang produktifitas dan totalitas.
            Pencinta PERSIB ini menjadi tenaga pengajar di SMA 2 Ciamis, SMA Baregbeg dan Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Galuh. Penulis juga merupakan anggota Teater Pijar. Banyak sekali pengalaman yang penulis dapatkan dari kegiatan yang penuh ceria itu, rasa kekeluargaan menyatu seiring dengan waktu yang mendekatkan kami. Disamping itu penulis  bisa mengenal kakak kelas yang memiliki pengalaman yang lebih, hingga bisa belajar banyak dari mereka. Latihannya pun cukup mudah tetapi nilainya sangat bermanfaat, Kami dilatih olah tubuh, olah vokal, akting,baca  puisi dan banyak sekali yang diajarkan Kang Yus. Kang Yus adalah sang motivator yang mentransfer ilmu. Beliau juga penyemangat dalam memotivasi jiwa-jiwa seni untuk generasi muda dan  cerminan seniman yang berjasa.
            Untuk lebih jelas mengenai penjelasan keteateran, redaksi kami, Tini Mulyani akhirnya berhasil mewawancarai seniman yang berkarakter tersebut.berikut hasil wawancaranya:

Redaksi          : Menurut akang sendiri, teater itu seperti apa?
Kang Yus        : Teater adalah sebuah seni pertunjukan yang prosesnya harus dilalui dengan tahap pelatihan dan sebagainya. Nah, hal ini baik untuk mempelajari karakter. Misalnya saja dalam kegiatan bedah naskah yang memperhatikan karakter tokoh,  bagus untuk penghayatan, ekspresi dan sebagainya.
Redaksi          : Bagaimana tanggapan akang mengenai pandangan masyarakat terhadap   teater?
Kang Yus        : Sebetulnya tidak terlalu awam sekali karena ini istilahnya drama, mungkin hanya prosesnya yang tidak instan untuk sebuah pertunjukan teater itu dengan waktu yang relatif  lama misalnya memerlukan waktu 3 bulan untuk penggarapan. Mereka menilai bahwa teater itu sulit padahal sesungguhnya tidak.
Redaksi          : Kang sebagai Pembina teater pijar, bagaimana sejarah tentang teater pijar itu!
Kang Yus        : Ketika ibu teti melakukan kunjungan kegiatan ke tempat-tempat pertunjukan, otomatis ada penampilan sastra, waktu itu ada penampilan pembacaan puisi. Nah dari itulah terbentuklah nama teater pijar dan hingga sekarang diikuti Mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan tersebut, khusus Prodi Diksatrasia. Teater pijar itu sendiri menjadi wadah untuk minat dalam mengapresiasi bakat Mahasiswa.
Redaksi          : Teater identik dengan seni keindahan, meskipun pemain mengenakan pakaian yang tidak layak pakai karena harus sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.  Bagaimana tanggapan akang mengenai perihal tersebut!
Kang Yus        : Ia benar sekali seni itu indah. Jangan menilai sesuatu dengan apa yang dikenakan. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cerita tersebut. Saya pikir mengenai hal tersebut tergantung bagaimana dengan konsep cerita dari sutradara. Kalau konteksnya jelas ya sah-sah saja. Dan misalnya nanti kita menggarap suatu pergelaran, penempatanya harus tahu dan sesuai.
Redaksi          : Teater di kalangan muda kurang di minati, sebab adanya kegiatan-kegiatan yang lebih modern. Bagaimana cara memperkenalkan teater di kalangan muda tersebut?
Kang Yus        : Tidak dipungkiri misalnya saja di sekolah-sekolah kurang diminati. Kebanyakan kaum perempuan yang banyak berminat mengikuti ekskul tersebut. Caranya dengan rajin memperkenalakan bahwa hal itu sangat penting, misalnya seniman harus mampu memotivasi para pemula dan memperkenalkan bahwa teater itu dapat mengubah hidup kita lebih berwarna.
Redaksi          : Sekolah-sekolah yang bertaraf internasional, berencana akan menghapus ektrakulikuler teater di sekolahnya. Setuju atau tidak?
Kang Yus        : Saya pikir kalau ekstrakulikuler di hapus saya tidak setuju. Karena persoalannya sebelum ada SBI juga ekskul sudah berjalan.
Redaksi          : manfaat teater itu sendiri apa?
Kang Yus        : Banyak perenungan hidup dari belajar teater dengan  mengolah drama. Kita lebih enjoy dan lebih menikmati hidup
Redaksi          : Kembali kepada teater pijar, bagaimana gebrakan untuk kemajuan teater pijar Kang?
Kang Yus        : Saya sangat bangga kemarin kita mengadakan syukuran ulang tahun pijar yang ke-3 dan dengan menampilkan pergelaran merupakan salah satu gebrakan untuk memperkenalakan teater pijar itu sendiri. rekan-rekan harus lebih mengembangkan bahwa teater pijar harus eksis berkarya. Dengan menanamkan motto “selagi bisa kenapa tidak.”
Redaksi          : Pesan dan harapan untuk pembaca tabloid linguistika.
Kang Yus        : Linguistika itu bagus dan akan lebih bagusnya bila tabloid linguistika itu tidak hanya untuk Prodi Diksatrasia dengan menyebar di seluruh UNIGAL bahkan di luar. Banyak membaca itu banyak sekali manfaat  yang di ambil.
Redaksi          : Di luar tema pembicaraan kang, tentunya sahabat linguistika penasaran dengan perubahan rambut, nah adakah alasanya kenapa tahun baru 2013 rambut gondrong yang menjadi ciri khas akang, berubah dengan rambut bergaya pendek, bisa di jelaskan kang!
Kang Yus        : Saya berambut panjang pada tahun 1992 berapa kali pernah di potong Cuma kalau potongan seperi ini baru sekarang. Yah namanya hidup harus ada perubahan dan sesuatu yang baru. Dan kenapa tahun baru, rambut baru? Itu kebetulan saja, waktu itu saya main ke alun-alun Ciamis di sana ada salon yah dipotong. Hehe….




*tini mulyani*
Baca Selengkapnya »»  

Sabtu, 05 Januari 2013

Ingin Berkontribusi di Lingustika?

Ingin Berkontribusi di Lingustika?


Baca Selengkapnya »»  

Lingustika Diksatrasia

Lingustika Diksatrasia merupakan bentuk daring dari Tabloid Linguistika. Linguistika Diksatrasia adalah portal berita Diksatrasia Universitas Galuh Ciamis yang mulai beroperasi pada tanggal 05 Januari 2013.
Baca Selengkapnya »»