Selasa, 27 Agustus 2013

Puisi "Penjara Wanita Bukit Duri"


Penjara Wanita Bukit Duri.

 Karya  : Wendhy Rachmadhany
(Mahasiswa Univ. Nusantara PGRI Kediri)

Kamu tak perlu bersedih kawan, karena akulah yang akan bersedih…

Aku bersedih karena isak tangismu tak mampu pecah dan terus tersembunyi dari balik tubuhku…

Sampai  tubuh ini penuh dengan tangismu yang menyayat hati,, apakah mereka selalu memperlakukanmu dengan buruk kawan??...

Aku tahu diri, kalau aku bukanlah tempat yang baik tetapi aku bisa memberimu rasa nyaman sesaat…

Kamu pasti tahu sangatlah sulit untuk menemukan orang bijak yang bisa diajak berbagi dalam diriku, karena aku selalu ramai dengan omong kosong…

Sebenarnya aku ingin melihatmu terbebas seperti elang yang bebas, agar aku bisa rasakan sepi sejenak dari semua teriak nelangsamu…

Tapi malaikat Izrail terlanjur memainkan musik dan aku tak mampu untuk menyudahinya…

Aku ada, diciptakan untuk melihatmu pergi dibantai tanpa ada seorangpun yang menolongmu…

Kamu tak perlu menagis kawan, karena akulah yang akan menangis…

Aku menangis karena Allah ingin segera bertemu denganmu dan menghentikan segala penderitaanmu…

Kamu selalu mengizinkan dirimu untuk dipencundangi, diteriaki alat pemuas PKI, diteriaki wanita Cabul, diteriaki manusia Biadap, di teriaki Kafir …

Persetan dengan semua itu kawan!!! Karena mereka tidak tahu betapa lelahnya kamu menahan rasa sakit itu…

Keadaan tidak akan pernah sesulit ini jika saja waktu itu kamu hanya diam lalu berhenti berkobar…

Mungkin kamu akan lebih memilih membenci serta mengkhindariku, walapun akulah yang selalu menemani disetiap tangismu…

Sekarang sudah tak ada lagi hari baik untuk menemanimu kawan,  karena sebentar lagi ketakutanmu akan segera berakhir…

Dunia akan segera melupakan dunia dalam cahaya matahari tanpa bekas…

Kawan,, aku harap kamu akan bahagia dimanapun kamu berada, selalu ingatlah aku sahabat bisu yang selalu mengkhwatirkanmu…

Baca Selengkapnya »»  

Selasa, 14 Mei 2013

Cerpen "Jodoh Tak Terduga"


 Cerpen  "Jodoh Tak Terduga"
 Karya : Indra Irawan Kelas 1A Diksatrasia

Diusianya yang sudah menginjak tiga puluhan telah membuat resah hatinya. Apalagi adiknya telah lebih dulu menikah. Sebenarnya secara fisik ,Allah telah memberikan begitu banyak anugerah, selain cantik dan juga cerdas sehingga banyak orang yang mempertanyakan tentang kesendiriannya. Bahkan mereka berpikir dirinya terlalu banyak memilih. Terkadang yang membuat dia menangis setiap kali ibundanya melihat dirinya seolah berkata “Kapan kamu menikah anakku?” Hatinya terasa perih. Setiap malam selalu berdoa berharap agar segera hadir laki-laki yang sholeh datang untuk melamarnya. Bahkan ikhtiarpun telah dilakukan untuk menjemput jodohnya dengan bershodaqoh ke suatu tempat bagi orang-orang yang kurang beruntung. Bukan hanya sebuah harapan namun juga sesuatu yang akan menjadi kenyataan.
Haripun berlalu begitu cepat. Suatu hari tiba-tiba dirinya merasakan sakit pada perutnya. Mual yang dahsyat, muntah-muntah hebat. Sampai harus ditangani di UGD. Entah apa yang terjadi, langsung tak sadarkan diri. Ketika membuka mata terlihat wajah ibunda, bapak dan adiknya telah berada disampingnya. Terdengar isak tangis, lalu dirinya tertidur lelap. Terdengar suara lembut menyapanya, “Sudah bangun Mbak?” Dia hanya bisa tersenyum kepada dokter yang merawatnya. Wajahnya seolah tidak asing. “Sepertinya saya mengenal? Dimana ya?” gumamnya terdengar lirih. “Benar, Kita memang saling mengenal Mbak, saya adalah teman Mbak sewaktu SMA..”jawab dokter itu. “Ya Allah,” teriaknya dalam hati. Dia ingat, dokter yang merawatnya adalah temannya yang cupu sewaktu duduk dibangku SMA, dia dulu pernah “menembaknya.” Menyatakan cinta kepada dirinya dengan mengirimkan surat dan semua itu berlalu begitu saja.
Laki-laki itu bercerita tentang dirinya, tentang setamat SMA melanjutkan kuliah sampai perjalanannya menjadi seorang dokter. Diapun bercerita perjalanan hidupnya. Hubungan menjadi terjalin lebih dekat. Sebagai seorang dokter yang mengawasi kesehatan pasiennya membuat banyak waktu untuk berbincang. Keduanya saling menaruh hati seolah sudah saling mengetahui isi hatinya. Begitu keluar dari Rumah Sakit. Dokter yang merawatnya itu langsung melamarnya. Pernikahannya berlangsung sederhana. Baginya sangat disyukuri karena telah menjemput jodoh, sosok laki-laki yang membuat hidupnya bahagia. “Ya Allah, aku bersyukur padaMu telah memberikan aku kesabaran untuk bertemu dengan belahan jiwaku. Ternyata sakitku membawa keberkahan yang mempertemukan aku dengan jodohku. Alhamdulillah, Terima kasih Ya Allah atas semua takdirMu.” Air matanya bergulir membasahi pipi bertemu dengan jodohnya yang tak diduga.


Baca Selengkapnya »»  

Puisi-puisi Karya Cucu Abdul Karim

TULAB
Karya : Cucu Abdul karim
Ya Tulab
Masihkah engkau bersiul ilmu
Mengucap tasbih merasuk hati
Membuka setiap lembar surga
Menerawang indahnya kata
Ya Tulab
Sudahkah kata memandang warna,-
Membeda duka bersama bahagia
Sudahkah lisan menghapal kalam,-
Mengucap syair-syair ilahi
Sudahkah teelinga merasukan surga,-
Menyimak seksama indahnya agama
Sudahkah tangan meraba kasih, -
Menolong hamba-hamba pengasih
Sudahkah hati rujukan iman, memilih islam sebagai suntikan kehidupan
Maka jika itu kau perbuat
Tatapkan mata pada haknya
Ucapkan lisan pada tasbihnya
Telengkan telinga pada siulan surga
Rarabakan tangan lambaikan harapan
Sembuhkan hati memuji ilahi
(19.52 Wib) Sabtu, 23 Februari 2013



DEWI
Karya : Cucu Abdul karim
Masihkah engkau menunggu sang dewi
Datang menghampiri redupkan sepi
Memijakan kaki diatas denyut hati
Meski dewi terus bernyanyi
Tak pernah sudu membagi hati
Membelah jiwa separuh raga
Mengiris kasih lautan sejaga
Menutup pintu masukan rindu dikalbu
Dia sengdewi ratu pujaan
Merontah hati bisikan rasa
Engkau dewi pujaan raga semata
Dengarkanlah setiap makna detak jantung ini
Berdenyut kalbu detakan dambaan
Ismi Dewi ismi Dewi ismi Dewi
Bersihkeraskah dewi campakan rasa
Yang telah menyatu tiada ada beda
Telah menggumpal memadu satu
Rasa dan hati ini takan terhenti
Memuja dewi sandaran hati
(07.31 Wib) Kamis, 21 Februari 2013



BAGAI MANA MASADEPANKU
Karya : Cucu Abdul karim
Mendang dalam lautan kehidupan
Terpaku ditengah harapan
Bermimpi hingga ditepi angan-angan
Oh masadepan
Raga ini ragu akan takdirnya
Jiwa ini rapuh bersama alunan kehidupan
Aku yang merenung dalam keraguan
Dinda yang terjebak dalam nestapa masaepan
Taktahu arah jalan kesuksesan
Terus berelok-elok dalam detak kehidupan
Berangan-angan semua berakhir dengan mudahnya
Namun ini takmungkin terwujud
Tanpa jerih payah dan pengorbanan
Mari berlayar menerjang ombak rintangan
Terus mendayung menuju tepi harapan
Hingga akhirnya kau dapatkan keindahan
Kesuksesan menuggu kau menghampirinya
Dia menjanjikan beribu-ribu impian yang engkau dambakan
Namun itu takmudah kau dapatkan
Tanpa desah perjuangan dan pengorbanan
(09.35 Wib) Jum’at, 07 Desember 2012






DUKA
Karya : Cucu Abdul karim
Duka yang menghampiri
Telahtersimpan penuh menyendiri
Bila duka kusampaikan pada langit
Maka langit menaruh awan gelap yang kan menagis
Bila duka kusampaikan pada angin
Maka angin akan menyeru tornado
Bila duka kusampaikan pada laut
Maka laut akan menggumpal badai
Kini langit menangis menebar duka
Tornado menerpa menebar kekacauan
Badai mengulung menebar kesedihan
Maka biarkan lah duka ini membusuk dalam hati
Biarkan duka ini hanyut bersama airmata
Biarkan duka ini menggulung raga
Dan biarkan duka ini menerpa bahagia
Namun bila engkau kasihan
Dengan duka dalam keterpurukan
Cukuplah engkau menyaksikan raga menyantap duka
Karna raga tak rela diri lain menikmati dukanya
(11.45 Wib) Rabu, 15 Februari 2012



TAK ADA DAYA HAMBA
Karya : Cucu Abdul karim
Batin ini kaku tanpa rasa
Mata memandang tanpa keindahan warna
Terkabur terbawa harapan hampa
Hari yang merontah terus menjerit
Berharap terus berharap
Bermimpi dan bahhakan terus bermimpi
Juwa ini seakan melarikan diri dari jasadnya
Tubuh yang kaku seperti batu
Mata menjerit tanpa pandangna
Telinga terkatup tanpa suara
Bibir buta tanpa daya
Keseimbanganku hilang taktersisa
Hati ini ingin berbisik pada dunia
Ada apa dengna semua ini ?
Hidup yang kaku, suara mencekam
Seperti waktu berhenti tanpa pergerakan
Hanya detak jantung yang tersisa
Telah mengoreskan satu makna kata
Alloh subhanahu wataala
Yang selalu melindungi umatnaya

Nama : Cucu Abdul Karim
Kelas : 1 B
Prodi  Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Galuh Ciamis


Baca Selengkapnya »»  

Puisi "Goresanku"

Goresanku

Masih ingatkah kau
Dulu kita berdampingan begitu dekat
Saat ku terlelap dalam rimbunnya rimbamu
Saat kau bangunkan aku dengan nada rimbamu

Namun semua hilang
Saat tak ku temui nyanyian burung petualang
Yang menari dengan indahnya dipucuk cemara
Saat edelweis kehilangan keabadiannya
tak ada yang dapat kita gunakan
Maka pada saat itu kita akan tersadar
Bahwa penyesalan tiada gunanya. . .


Karya Randi Perdiana
Prodi PJKR Unigal, tingkat 1E
Baca Selengkapnya »»  

Puisi Lia Aryani


Puisi Lia Aryani

Aromamu

Ketika lelaki berbaju cerah itu duduk di sandingku
Ketika itu pula seolah aku terbawa oleh aromanya
Berjalan perlahan menelusuri jiwanya
Seolah aroma manismu itu adalah bidadarimu

Oh tuhan perlahan dia mendekat
Dan  melemparkan sekilas senyumnya yang mempesona
Di sana….
Semilir aroma parfumnya berglantungan di udara
Menyatu, dengan rautmu yang manis
Dan memeluk kain suteraku……

(Prodi FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia, Lia Aryani 2F)
Baca Selengkapnya »»  

Senin, 13 Mei 2013

Puisi-Puisi Heti Nurlatifah


Puisi-Puisi Heti Nurlatifah

RIAKAN SENJA

Kupandang jalanan ramai
hanya di sudut manapun:
          terlihat seperti jalanan sunyi
pikiran mereka nampak kosong;
pada senyum palsu dan peluh pahit,
yang terselip pada jahitan jas hujan
          dan semak-semak kabut
jiwa-jiwa mereka nampak hampa;
berjalan dengan percikan kubangan luka
          yang mengotori jejak-jejak rasa,
mata mereka sayu
          dan tangan kusam yang tak mengepal
          karna peneduh itu terlemparkan,
lalu mereka mengecap anehnya rasa gerimis senja

Bahkan aku yang nampak kosong, sunyi dan ngilu
pada sudut jiwa yang dangkal

Heti Nurlathifah, 4 C
Februari, 2013

STATIS

Sedang meletup kelelahan itu
menobrak-dobrak semangat yang tertutup rapat
Aku masih saja mengunci
menyekap langkah yang hanya berserakan di ujung diam
Seperti dalam kehendak awal; “Diamku menjemukan, terlalu menjemukan”
sapa warna yang menebal hitam

Apa yang kusadur dari angin
Adalah kata yang tak sempat terhujam
Biarkan aku dalam naunganMu, Tuhan.

                                                                        Heti Nurlathifah, 4 C
                                                                        Auditorium UNIGAL, 2013 
Baca Selengkapnya »»  

Selasa, 07 Mei 2013

Penerapan Pendidikan Karakter, Berhasilkah?


Penerapan Pendidikan Karakter, Berhasilkah?

CIAMIS, (FP).-
Beberapa waktu lalu dunia pendidikan kita kembali dikejutkan dengan berita tawuran antar pelajar. Kali ini melibatkan pelajar SMA 6 Jakarta dengan pelajar SMA 70 Jakarta yang menewaskan salah satu siswanya, Alawy, pada Senin (24/9). Tak lama berselang pada Rabu (26/9)  kembali terjadi tawuran antara pelajar SMA Yayasan Karya 66 dengan pelajar SMK Kartika Zeni yang menewaskan seorang pelajar bernama Deni Yanura (17).
Mengenai tawaran ini ternyata berdasar data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (seperti diberitakan Kabar Priangan, 02/10) dilaporkan terjadi 139 kasus tawuran selama enam bulan awal tahun 2012, dengan menelan korban 12 jiwa. Sementara tahun 2011 terjadi 128 kasus.
Kenyataan ini tentu saja menggiriskan, padahal sejatinya berlandas UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah (khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) sedang giat-giatnya menggaungkan pendidikan karakter dalam pembelajaran di sekolah-sekolah. Nilai-nilai karakter  budaya bangsa yang sedang digalakan itu diantaranya: disiplin, demokratis, semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif,  cinta damai,  tanggung tawab. Kekerasan dalam tawuran jelas-jelas mengabaikan nilai-nilai karakter tersebut. Lalu sebenarnya seperti apa penerapan pendidikan karakter di lapangan?
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Baregbeg, Sudarman S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa penerapan pendidikan karakter diintegrasikan dalam materi pembelajaran.
“Tidak ada mata pelajaran khusus dalam penerapan pendidikan karakter, ia diintegrasikan dalam satuan pembelajaran di semua mata pelajaran, dengan memperhatikan kondisi di lapangan,” paparnya.
Lebih jauh Sudarman mencontohkan penerapan pendidikan karakter di SMAN 1 Baregbeg, khususnya karakter relijius dan disiplin.
“Setiap pagi, sebelum  pembelajaran para siswa dan guru melakukan tilawah Al Quran. Itu memupuk karakter relijius. Karakter disiplin juga kami bangun, setiap anak dilarang datang terlambat. Bagi yang terlambat akan mendapat  hukuman yang mendididik,” jelasnya.
Mengenai keberhasilan penerapan pendidikan karakter Sudarman menyatakan ada perkembangan positif, sedikit demi sedikit. Menurutnya penerapan pendidikan karakter tidak semudah membalikan telapak tangan, perlahan. Jika penerapan ini masuk ke hati siswa maka akan berdampak baik, namun sebaliknya jika tidak berhasil diterapkan akan mendatangkan hal negatif. Lebih lanjut ia menegaskan keberhasilan penerapan pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, namun melibatkan unsur lain, termasuk lingkungan masyarakat dan terutama keluarga.
Disinggung perihal tawuran, ia mengungkapkan sebabnya bisa berasal dari dendam junior, atau gesekan-gesekan pergaulan. Yang jelas, menurutnya, sekolah dalam hal ini guru, tidak lantas mutlak dipersalahkan.
Hal senada disampaikan oleh Kapolres Ciamis Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Kemas Ahmad Yamin dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kabag Sabara Polres Ciamis pada upacara bendera hari senin di SMAN 1 Baregbeg. Kemas berpendapat pergaulan lingkungan sosial berandil besar dalam proses terjadinya tawuran. Karena itu ia menghimbau para pelajar untuk bergaul dengan teman yang baik dan berharap tak terjadi kejadian sejenis di Kabupaten Ciamis. Sebagai upaya pencegahan tawuran dan kenakalan remaja lainnya, Polres Ciamis seperti diungkapkan Resbika, anggota Sabara Polres Ciamis, rutin mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Menurut Tian Riyandi (23), Guru MTs Al Mukarim Tasikmalaya, kejadian tawuran ini menjadi cerminan betapa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi dalam sistem pendidikan kita. Sementara itu Dian (23), Guru MTs Linggalaksana Cikatomas menyatakan, kesuksesan pendidikan karakter harus didukung berbagai pihak, terutama orang tua. Menurutnya, pendidikan orang tualah yang paling berperan dalam pembentukan karakter dasar anak, sekolah berperan dalam pengembangan karakter lebih lanjut. Kita berharap penerapan pendidikan karakter ini dapat terrealisasi dengan baik sehingga dapat benar-benar membawa angin segar bagi perbaikan kualitas pendidikan nasional. (Prito Windiarto/4F/Fompak Post)***

*Postingan ini sebagai ucapan terima kasih sekaligus nazar penulis kepada (mantan) Kepala Sekolah SMAN 1 Baregbeg, Bapak Sudarman, M.Pd. 

Baca Selengkapnya »»  

Kamis, 21 Maret 2013

Bedak Padat, Teti Gumiati dan Meitha KH di Kampus Unggu


Bedak Padat, Teti Gumiati dan Meitha KH di Kampus Unggu

oleh : Yandi Hidayatullah 
            “Bedak Padat”, acara tersebut dihadiri 277 peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa, guru serta 14 tamu undangan. Tepatnya Minggu (17/3), bertempat di Auditorium Universitas Galuh Ciamis diselenggarakan Bedah Karya dan Pendapat (Bedak Padat) dengan sangat meriah, mengambil tema “Penulis Perempuan Merengkuh Kata, Mewujudkan Sayap-sayap Pencerahan”. Dalam kegiatan tersebut mengundang dua pembicara sekaligus penyair, Teti Gumiati,Dra.,M.Pd. dan Meitha KH. Bukan hanya pembicara, tamu undangan pun hadir, di antaranya Bode Riswandi, beberapa mahasiswa Unsil, dan tentunya komunitas penulis perempuan Indonesia (KPPI).
            Kedua pembicara, Teti Gumiati dan Meitha KH merupakan perempuan-perempuan luar biasa. Di satu  sisi mampu menjadi ibu rumah tangga, ternyata di sisi lain, mampu berkarya. Bedah Karya dan Pendapat tersebut berisikan acara bedah buku kumpulan puisi karya Teti Gumiati,Dra.,M.Pd, yang sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksatrasia) FKIP Universitas Galuh Ciamis dan antologi puisi karya Meitha KH, yang sekaligus ketua KPPI pusat  serta pemandu acara talk show di MQTV.
            “Rasanya jarang acara seperti ini, jadi saya sangat senang sekali untuk datang dan menyaksikan acara Bedak Padat seperti ini,”ungkap Tini, mahasiswa 2 C, Diksatrasia.
            Acara dimulai pukul 08.30, namun sebelumnya peserta Bedak Padat disuguhi penampilan musikalisasi puisi, deklamasi puisi dari kelompok Teater Pijar, Diksatrasia FKIP Univesitas Galuh Ciamis. Saat acara yang dibawakan Iin Hodijah,S.Pd. dimulai, peserta begitu antusias, pihak panitia mampu menyenggarakan kegiatan, namun tidak meninggalkan door prize untuk peserta. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik peserta mengikutinya.
            Antologi puisi karya Teti Gumiati,Dra.,M.Pd. berjudul “Harmoni’ dan antologi puisi karya Meitha berjudul “Mesin Waktu”. Kedua antologi puisi tersebut dibedah oleh Wida Waridah. Dengan mengambil beberapa judul dalam antologi kedua puisi tersebut, Wida mampu menjabarkan perihal makna yang terkandung di dalam kumpulan puisi keduanya.
            “Kumpulan puisi harmoni karya Teti Gumiati adalah sebuah upaya perenungan sang penulis terhadap hidup. saya lebih suka menyebutnya sebagai buah kecintaan penulis terhadap kehidupan. Sebab dengan cinta, seseorang bisa lebih intens untuk memahami, mendalami, dan emmbongkar apa yang tersebumbunyi,”ungkapnya.
            Wida memberikan contoh puisi yang berjudul “Rumah Burung”. Dalam pemaparannya, Wida menggambarkan mengenai perenungannya dalam hal larik menebang pohon mangga, menjadi sebuah penggusuran, dan peradaban. Wida pun menyatakan, bahwa Teti Gumiati begitu halus dalam mengungkapkan perasaannya, sehingga melihat pohon mangga bukan lagi sekadar pohon mangga yang tumbuh begitu saja, berbuah, lantas menggugurkan daunnya. Namun di dalamnya terkandung banyak hal yang bermakna dalam. Pembedah, Wida Waridah ketika membedah kumpulan puisi Harmoni, mengungkapkan bahwa puisikarya Teti Gumiati tersebut mengingatkannya pada puisi Sutan Takdir Alisyahbana.”Kumpulan puisi harmoni mengingatkan saya pada puisi-puisi pada masa Sutan Takdir Alisyahbana, penyair angkatan pujangga baru,”paparnya.
            Ketika memaparkan kumpulan puisi karya Meitha, Wida Waridah menyatakan antologi Mesin Waktu bentuknya lebih bebas. “ Bentuknya sedikit bebas, sebagai puisi liris, namun pada beberapa judul lain, kita akan menemukan puisi-puisi prosa. Kumpulan puisi yang terdiri dari 49 judul puisi ini, diikat bukan oleh bentuk”ungkapnya.
            Kebebasan bentuk seperti yang diungkapkan Wida Waridah, memang benar terlihat pada judul puisi Hujan Runtuh dan Sudah Lima Tahun.  Dalam pembahasan akhirnya, Wida menyatakan ketertarikannya pada puisi Meitha yang disimpan di akhir antologinya, yang berjudul Jarak Kita. “Puisi yang ditempatkan di paling akhir inilah yang menurut saya bisa menjadi jiwa dari kumpulan puisi Mesin Waktu. Puisi ini mewakili seluruh puisi-puisi yang ada di dalam kumpulan puisi Mesin Waktu,”jelasnya.
            Acara yang selesai pukul  12.00 tersebut, ditutup dengan penampilan beberapa kelompok musikalisasi puisi dan duet pembacaan puisi, yang hal ini memberikan kesan tersendiri di hadapan peserta Bedak Padat. Tidak selesai sampai di sana, peserta usai mengukuti kegiatan disuguhi dengan Bazar Buku. Dalam Bazar tersebut terdapat kumpulan puisi Teti Gumiati, Harmoni beserta CD musikalisasi puisinya,  antologi puisi karya Meitha, Meitha KH. serta Tabloid Linguistika, dan buku-buku Mata Kuliah. “Luar biasa acara ini, mulai saat ini saya akan terus menulis baik fiksi maupun nonfiksi, benar bahwa menulis menandakan bahwa kita pernah hidup,”ungkap Ai Santi di akhir acara. (Yandi Hidayatulloh, Pemred Linguistika Diksatrasia FKIP Universitas Galuh Ciamis)
            

Baca Selengkapnya »»  

Selasa, 22 Januari 2013

Domukentasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia




Baca Selengkapnya »»  

Pemimpin Redaksi Tabloid Linguistika (Yandi Hidayatulloh)


Baca Selengkapnya »»  

Pemimpin Umum Linguistika (dari kiri, Prito, Bu Teti, dan Bode Riswandi)


Baca Selengkapnya »»  

Membangun Keterampilan Menulis


Salah satu hal yang paling sering kita hindari dalam ruang lingkup keterampilan berbahasa adalah menulis. Menulis kadang mudah kadang sulit. Sebenarnya kesulitan itu bersumber dari dalam diri kita. Ketika apa yang kita pikirkan dalam hidup ini sulit maka prosesnya akan sulit, sedangkan  jika kita berpikir dengan mudah maka prosesnya akan terasa mudah. Sebab sulit dan mudah kita yang menciptakan.  
Menulis adalah aktivitas berpikir, yaitu memikirkan rangkaian kata yang akan kita aplikasikan ke dalam tulisan. Menurut D’Angelo (1980:5) menyatakan bahwa menulis adalah belajar berpikir dalam dengan cara tertentu. Menulis dilihat dari segi hakikatnya dapat dibagi atas tiga aspek, yakni (1) menulis sebagai proses berpikir, (2) menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas, (3) menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan membaca.
Berikut pemaparan dari ketiga aspek hakikat menulis tersebut.
(1)   Menulis sebagai proses berpikir, seperti yang telah diuraikan di atas bahwa menulis adalah aktivitas berpikir. Pengalihan ide atau imajinasi ke dalam rangkaian kata yang memiliki makna dan tujuan untuk disampaikan kepada pembaca. Tulisan yang baik ialah tulisan yang mampu mengubah pikiran pembaca dari yang belum tahu menjadi tahu, pengetahuan dan pengalamannya. Mengapa menulis adalah proses berpikir? Sebab ketika apa yang kita pikirkan tidak baik, maka hasil tulisan pun tidak akan baik, begitu pun sebaliknya. Pikiran lah yang mengatur aktivitas menulis.
(2)   Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas. Karangan atau cerita merupakan hasil dan bukti dari serangkaian aktivitas menulis. Misalnya dalam pembelajaran di sekolah, menulis dikatakan serangkaian aktivitas yaitu ketika siswa diberi kesempatan bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan pramenulis, penyusunan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi, siswa dapat mengetahui keterbatasannya secara jelas dan akan berupaya untuk meningkatkan kemampuan secara bertahap dan berkesinambungan.
(3)   Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan membaca. Hasil proses menulis ada karena sebelumnya kita membaca. Menulis dan membaca tidak bisa terpisahkan, ibarat makan dan minum. Jika ada salah satu yang terpisah, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup kita terutama dalam pemahaman dan pengalihan informasi. Keterampilan membaca menunjang keterampilan menulis. Jika menulis ialah pengalihan informasi atau pesan yang telah kita terima, maka membaca ialah penyerapan (bukan menerima) informasi atau pesan yang akan kita terima.
Ketiga aspek dalam hakikat menulis tersebut harus kita pahami dan cermati, jika kita berada dalam ranah keterampilan berbahasa terutama menulis. Sebab tidak ada suatu kegiatan yang pada akhirnya akan menulis terutama di lingkungan akademik.        

Menulis bukan bakat
Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini tak luput dari yang namanya proses. Berbagai fenomena pun ada prosesnya. Contoh yang paling dekat dengan kita ialah di lingkungan sekitar atau fenomena alam. Seekor kupu-kupu yang terbang dengan kibasan sayap indahnya tentu melalui sebuah proses yaitu metamorfosis. Sebelum menjadi kupu-kupu dengan bentuk sayap yang indah, terlebih dahulu menjadi seekor ulat berbulu tajam dengan bentuk menggelikan dan buruk rupa. Setelah itu membalut diri dengan kulit keras, menggantungkan diri di ranting-ranting pohon, dan menghabiskan waktu yang begitu lama hingga berminggu-minggu menjadi kepompong. Seiring berjalan waktu, ulat yang menjadi kepompong tersebut akhirnya mengepakkan sayap indahnya, jadilah ia seekor kupu-kupu yang cantik.
Fenomena alam mengajarkan kita bagaimana memahami sebuah proses terutama menjalaninya. Sebab hal yang paling tidak bisa kita hindari adalah sebuah proses. Diam atau bergerak pun bisa merupakan sebuah proses. Proses akan menuntun ke arah perubahan yang lebih baik. Aktivitas menulis merupakan salah satu proses yang mampu membawa kita ke dunia lain dan memperoleh sesuatu yang lain tentunya yang bermanfaat terhadap perkembangan diri.  
Menurut penulis ada dua hal yang mampu membangkitkan jiwa kepenulisan yang ada di dalam diri kita, yaitu keinginan dan konsistensi. Keduanya berpengaruh terhadap alur dan makna yang akan kita terapkan dalam bahan tulisan kita.
Pertama, keinginan. Setiap manusia dibekali dengan pikiran dan hati. Pikiran dan hati akan selaras jika berada dalam situasi dan kondisi yang membuat kita merasa tenang dan nyaman. Jika keduanya tidak selaras maka kehampaan dan kegelisahan lah yang akan menghampiri ruang pemikiran kita. Pikiran dan hati yang tenang disertai situasi serta kondisi yang nyaman merupakan pemicu timbulnya suatu keinginan. Begitu tinggi keinginan kita dalam menulis, maka ide atau gagasan pun akan mudah kita dapatkan. Mudah dalam arti kita merasa tidak terbebani dalam pencarian informasi, pembacaan bahan bacaan, dan pengaplikasian ide/gagasan.
Kedua, konsistensi. Konsistensi ialah ketetapan yang berpusat di dalam diri. Ini ada hubungannya dengan mental atau keadan psikologis seseorang. Setiap orang memiliki sikap konsisten, misalnya jika kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi tentu hal pertama kali yang harus kita lakukan ialah berusaha untuk mewujudkannya. Berusaha secara terus menerus merupakan wujud dari sikap konsisten kita. Apalagi jika ingin menjadi seorang penulis, tidak cukup hanya memiliki keinginan saja melainkan harus konsisten. Konsisten dalam hal pencarian informasi dari berbagai sumber, konsisten dalam berlatih menulis, dan konsisten dalam memotivasi diri terhadap apa yang akan menjadi bahan tulisan kita.
Keinginan dan konsistensi merupakan dua hal yang harus tertanam dalam jiwa kita, jika ingin mewujudkan apa yang kita mimpikan. Setelah adanya keinginan, terapkan lah sikap konsisten dalam diri, seperti dalam pepatah bahwa sesuatu yang besar bisa terjadi dan ada karena diawali dari sesuatu yang kecil yang dilakukan secara konsisten. Semoga!  

Aji Septiaji, S.Pd.
Pengajar pada mata kuliah dasar umum Bahasa Indonesia.
Karya tulis seperti artikel, opini, puisi, dan cerpen telah diterbitkan
di HU. Kabar Priangan.


Baca Selengkapnya »»  

Seminar Proposal Diksatrasia Unigal


Sudah beberapa minggu kebelakang, mahasiswa Universitas Galuh Ciamis khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksatrasia)  disibukan dengan penentuan judul skripsi, serta bimbingan proposal. “Kalau boleh jujur lelah sih, tapi demi skripsi agar cepat selesai saya mesti kerja keras, jangan sampai banyak mengeluh, alhamdulillah pembimbing saya Bu Teti, beliau sangat mensuport sekali,”ujar Nadia, salah satu mahasiswa Diksatrasia.
Hingga Selasa kemarin (22/1) diselenggarakan Seminar Proposal Penelitian yang pertama oleh Prodi Diksatrasia. Terlihat mahasiswa yang berjumlah 48 orang mengikuti seminar proposal. Dari jumlah tersebut dibagi menjadi dua kelompok pengujian yakni kelompok satu dan dua. Kelompok satu mengadakan seminar proposal di ruang 19 sedangkan kelompok dua di ruang 21.
            Sekitar pukul 08.00 WIB, mahasiswa sudah berkumpul di ruang 19 dan 20. Mahasiswa yang di ruang 19 yakni berjumlah 24, yang merupakan mahasiswa pendaftar 24 pertama, sedangkan yang berada di ruang 2, yakni pendaftar 24 kedua, yakni urutan 25 hingga 48. “Tadi dari rumah belum sempat makan, yang terpenting jangan sampai datang terlambat mengikuti seminar proposal, mohon doanya saja,”ungkap Ima, mahasiswa yang mengambil PTK.
            Selaku dosen yang berada di ruang 19 yakni Sri Mulyani,Dra.,M.Pd., R.Hendaryan,Drs.,M.M., dan Ending Jahrudin,Drs.M.Pd. Sedangkan dosen yang berada di ruang 21 yaitu S.Munir,Drs.,M.M., H.R.Herdiana,Drs.,M.M., dan Dr.Ikin Syamsudian Adeani,M.Pd., yang sekaligus Pembantu Dekan 1 FKIP Unigal. Hari sebelumnya, Senin (21/1), mahasiswa yang sudah dinyatakan selesai penulisan proposal dan melakukan pendaftaran, dikumpulkan di ruang 19, pukul 12.00-13.00. Hal itu guna memberikan gambaran mengenai seminar proposal, serta memberikan informasi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan seminar proposal.
            Pada kenyataannya terdapat beberapa jenis penelitian, yakni penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian eksperimen dan penelitian analisis deskriptif. Berdasarkan jenis penelitian tersebut, dosen mengelompokan dalam satu ruangan tersebut mana yang termasuk PTK, eksperimen, dan deskripsi analisis. Setiap mahasiswa diharusnya mempresentasikan proposalnya dalam bentuk Powerpoint selama 10 menit, setelah itu dosen akan bertanya dan mengarahkan penelitian yang dilakukan.
            Seminar proposal selesai hingga pukul 15.00 yang sebelumnya dosen memberikan waktu istirahat yakni pukul 12.00-13.00. Setelah selesai seminar proposal mahasiswa dipersilahkan membetulkan koreksi atau merevisi apa yang masih salah. Setelah itu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dan dalam jangka waktu lima hari ke depan, yakni Senin (28/1), proposal yang sudah diperbaiki diberikan ke Prodi. Dosen mengharapkan dengan adanya seminal proposal ini, menjadikan mahasiswa tahu arah penelitian.”Silahkan kepada mahasiswa yang perlu merevisi, maka lakukan segera. Seminar proposal bukan untuk menguji atau menyatakan lulus tidaknya penelitian, namun untuk memperjelas pemahaman dan arah penelitian yang mahasiswa akan lakukan,”pungkas S.Munir,Drs.,M.M., selaku dosen Diksatrasia diakhir seminar proposal. (Yandi H./Koresponden Ganesha)
Baca Selengkapnya »»