Linguistika Diksatrasia merupakan portal berita Diksatrasia Universitas Galuh Ciamis, bentuk daring Tabloid Linguistika. Mendidik Mahasiswa Melalui Bahasa.
Senin, 28 Januari 2013
Selasa, 22 Januari 2013
Membangun Keterampilan Menulis
Salah satu hal yang
paling sering kita hindari dalam ruang lingkup keterampilan berbahasa adalah
menulis. Menulis kadang mudah kadang sulit. Sebenarnya kesulitan itu bersumber
dari dalam diri kita. Ketika apa yang kita pikirkan dalam hidup ini sulit maka
prosesnya akan sulit, sedangkan jika
kita berpikir dengan mudah maka prosesnya akan terasa mudah. Sebab sulit dan
mudah kita yang menciptakan.
Menulis adalah
aktivitas berpikir, yaitu memikirkan rangkaian kata yang akan kita aplikasikan
ke dalam tulisan. Menurut D’Angelo (1980:5) menyatakan bahwa menulis adalah
belajar berpikir dalam dengan cara tertentu. Menulis dilihat dari segi
hakikatnya dapat dibagi atas tiga aspek, yakni (1) menulis sebagai proses
berpikir, (2) menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas,
(3) menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas
berkaitan erat dengan membaca.
Berikut pemaparan
dari ketiga aspek hakikat menulis tersebut.
(1) Menulis
sebagai proses berpikir, seperti yang telah diuraikan di atas bahwa menulis
adalah aktivitas berpikir. Pengalihan ide atau imajinasi ke dalam rangkaian
kata yang memiliki makna dan tujuan untuk disampaikan kepada pembaca. Tulisan
yang baik ialah tulisan yang mampu mengubah pikiran pembaca dari yang belum
tahu menjadi tahu, pengetahuan dan pengalamannya. Mengapa menulis adalah proses
berpikir? Sebab ketika apa yang kita pikirkan tidak baik, maka hasil tulisan
pun tidak akan baik, begitu pun sebaliknya. Pikiran lah yang mengatur aktivitas
menulis.
(2) Menulis
sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas. Karangan atau
cerita merupakan hasil dan bukti dari serangkaian aktivitas menulis. Misalnya
dalam pembelajaran di sekolah, menulis dikatakan serangkaian aktivitas yaitu
ketika siswa diberi kesempatan bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai
keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan pramenulis, penyusunan,
perbaikan, penyuntingan, dan publikasi, siswa dapat mengetahui keterbatasannya
secara jelas dan akan berupaya untuk meningkatkan kemampuan secara bertahap dan
berkesinambungan.
(3) Menulis
sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan
membaca. Hasil proses menulis ada karena sebelumnya kita membaca. Menulis dan
membaca tidak bisa terpisahkan, ibarat makan dan minum. Jika ada salah satu
yang terpisah, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup kita terutama
dalam pemahaman dan pengalihan informasi. Keterampilan membaca menunjang
keterampilan menulis. Jika menulis ialah pengalihan informasi atau pesan yang
telah kita terima, maka membaca ialah penyerapan (bukan menerima) informasi
atau pesan yang akan kita terima.
Ketiga aspek dalam hakikat menulis
tersebut harus kita pahami dan cermati, jika kita berada dalam ranah
keterampilan berbahasa terutama menulis. Sebab tidak ada suatu kegiatan yang
pada akhirnya akan menulis terutama di lingkungan
akademik.
Menulis bukan bakat
Segala sesuatu yang
ada dan terjadi di dunia ini tak luput dari yang namanya proses. Berbagai
fenomena pun ada prosesnya. Contoh yang paling dekat dengan kita ialah di
lingkungan sekitar atau fenomena alam. Seekor kupu-kupu yang terbang dengan
kibasan sayap indahnya tentu melalui sebuah proses yaitu metamorfosis. Sebelum
menjadi kupu-kupu dengan bentuk sayap yang indah, terlebih dahulu menjadi
seekor ulat berbulu tajam dengan bentuk menggelikan dan buruk rupa. Setelah itu
membalut diri dengan kulit keras, menggantungkan diri di ranting-ranting pohon,
dan menghabiskan waktu yang begitu lama hingga berminggu-minggu menjadi
kepompong. Seiring berjalan waktu, ulat yang menjadi kepompong tersebut
akhirnya mengepakkan sayap indahnya, jadilah ia seekor kupu-kupu yang cantik.
Fenomena alam
mengajarkan kita bagaimana memahami sebuah proses terutama menjalaninya. Sebab
hal yang paling tidak bisa kita hindari adalah sebuah proses. Diam atau
bergerak pun bisa merupakan sebuah proses. Proses akan menuntun ke arah
perubahan yang lebih baik. Aktivitas menulis merupakan salah satu proses yang
mampu membawa kita ke dunia lain dan memperoleh sesuatu yang lain tentunya yang
bermanfaat terhadap perkembangan diri.
Menurut penulis ada
dua hal yang mampu membangkitkan jiwa kepenulisan yang ada di dalam diri kita,
yaitu keinginan dan konsistensi. Keduanya berpengaruh terhadap alur dan makna
yang akan kita terapkan dalam bahan tulisan kita.
Pertama, keinginan.
Setiap manusia dibekali dengan pikiran dan hati. Pikiran dan hati akan selaras
jika berada dalam situasi dan kondisi yang membuat kita merasa tenang dan
nyaman. Jika keduanya tidak selaras maka kehampaan dan kegelisahan lah yang
akan menghampiri ruang pemikiran kita. Pikiran dan hati yang tenang disertai
situasi serta kondisi yang nyaman merupakan pemicu timbulnya suatu keinginan.
Begitu tinggi keinginan kita dalam menulis, maka ide atau gagasan pun akan
mudah kita dapatkan. Mudah dalam arti kita merasa tidak terbebani dalam
pencarian informasi, pembacaan bahan bacaan, dan pengaplikasian ide/gagasan.
Kedua, konsistensi.
Konsistensi ialah ketetapan yang berpusat di dalam diri. Ini ada hubungannya
dengan mental atau keadan psikologis seseorang. Setiap orang memiliki sikap
konsisten, misalnya jika kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi tentu hal pertama
kali yang harus kita lakukan ialah berusaha untuk mewujudkannya. Berusaha
secara terus menerus merupakan wujud dari sikap konsisten kita. Apalagi jika
ingin menjadi seorang penulis, tidak cukup hanya memiliki keinginan saja
melainkan harus konsisten. Konsisten dalam hal pencarian informasi dari
berbagai sumber, konsisten dalam berlatih menulis, dan konsisten dalam
memotivasi diri terhadap apa yang akan menjadi bahan tulisan kita.
Keinginan dan
konsistensi merupakan dua hal yang harus tertanam dalam jiwa kita, jika ingin
mewujudkan apa yang kita mimpikan. Setelah adanya keinginan, terapkan lah sikap
konsisten dalam diri, seperti dalam pepatah bahwa sesuatu yang besar bisa
terjadi dan ada karena diawali dari sesuatu yang kecil yang dilakukan secara
konsisten. Semoga!
Aji Septiaji, S.Pd.
Pengajar pada mata
kuliah dasar umum Bahasa Indonesia.
Karya tulis seperti
artikel, opini, puisi, dan cerpen telah diterbitkan
di HU. Kabar
Priangan.
Seminar Proposal Diksatrasia Unigal
Sudah beberapa minggu kebelakang, mahasiswa
Universitas Galuh Ciamis khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (Diksatrasia) disibukan dengan
penentuan judul skripsi, serta bimbingan proposal. “Kalau boleh jujur lelah
sih, tapi demi skripsi agar cepat selesai saya mesti kerja keras, jangan sampai
banyak mengeluh, alhamdulillah pembimbing saya Bu Teti, beliau sangat mensuport
sekali,”ujar Nadia, salah satu mahasiswa Diksatrasia.
Hingga Selasa kemarin (22/1)
diselenggarakan Seminar Proposal Penelitian yang pertama oleh Prodi
Diksatrasia. Terlihat mahasiswa yang berjumlah 48 orang mengikuti seminar
proposal. Dari jumlah tersebut dibagi menjadi dua kelompok pengujian yakni
kelompok satu dan dua. Kelompok satu mengadakan seminar proposal di ruang 19
sedangkan kelompok dua di ruang 21.
Sekitar
pukul 08.00 WIB, mahasiswa sudah berkumpul di ruang 19 dan 20. Mahasiswa yang
di ruang 19 yakni berjumlah 24, yang merupakan mahasiswa pendaftar 24 pertama,
sedangkan yang berada di ruang 2, yakni pendaftar 24 kedua, yakni urutan 25
hingga 48. “Tadi dari rumah belum sempat makan, yang terpenting jangan sampai
datang terlambat mengikuti seminar proposal, mohon doanya saja,”ungkap Ima,
mahasiswa yang mengambil PTK.
Selaku
dosen yang berada di ruang 19 yakni Sri Mulyani,Dra.,M.Pd.,
R.Hendaryan,Drs.,M.M., dan Ending Jahrudin,Drs.M.Pd. Sedangkan dosen yang
berada di ruang 21 yaitu S.Munir,Drs.,M.M., H.R.Herdiana,Drs.,M.M., dan Dr.Ikin
Syamsudian Adeani,M.Pd., yang sekaligus Pembantu Dekan 1 FKIP Unigal. Hari
sebelumnya, Senin (21/1), mahasiswa yang sudah dinyatakan selesai penulisan
proposal dan melakukan pendaftaran, dikumpulkan di ruang 19, pukul 12.00-13.00.
Hal itu guna memberikan gambaran mengenai seminar proposal, serta memberikan
informasi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan seminar
proposal.
Pada
kenyataannya terdapat beberapa jenis penelitian, yakni penelitian tindakan
kelas (PTK), penelitian eksperimen dan penelitian analisis deskriptif. Berdasarkan
jenis penelitian tersebut, dosen mengelompokan dalam satu ruangan tersebut mana
yang termasuk PTK, eksperimen, dan deskripsi analisis. Setiap mahasiswa
diharusnya mempresentasikan proposalnya dalam bentuk Powerpoint selama 10
menit, setelah itu dosen akan bertanya dan mengarahkan penelitian yang
dilakukan.
Seminar
proposal selesai hingga pukul 15.00 yang sebelumnya dosen memberikan waktu
istirahat yakni pukul 12.00-13.00. Setelah selesai seminar proposal mahasiswa
dipersilahkan membetulkan koreksi atau merevisi apa yang masih salah. Setelah
itu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dan dalam jangka waktu lima hari
ke depan, yakni Senin (28/1), proposal yang sudah diperbaiki diberikan ke
Prodi. Dosen mengharapkan dengan adanya seminal proposal ini, menjadikan
mahasiswa tahu arah penelitian.”Silahkan kepada mahasiswa yang perlu merevisi,
maka lakukan segera. Seminar proposal bukan untuk menguji atau menyatakan lulus
tidaknya penelitian, namun untuk memperjelas pemahaman dan arah penelitian yang
mahasiswa akan lakukan,”pungkas S.Munir,Drs.,M.M., selaku dosen Diksatrasia
diakhir seminar proposal. (Yandi H./Koresponden Ganesha)
Sabtu, 19 Januari 2013
STOP TANPA PRESTASI
Loyalitas
akan kemewahan karena pergaulan menjadi prioritas sekelompok orang yang bertitle kan mahasiswa. Sepanjang pagi
hingga siang di gedung yang menjanjikan masa depan, mereka memakai apa yang di
milikinya kadang kala menjadi special ketika orang lain tidak memiliki. Satu
datang yang lainnya pergi tak menyurutkan animo gaya yang sama dengan
sebelumnya, hampir sama bahkan mirip. Seakan memenuhi jalanan kampus melenglang
dengan celotehan khas ala mahasiswa. Serba baru dan mengikuti trend terkini yang menempel di setiap
jengkal badannya, sedikit menyakitkan mata dan perasaan jika yang lain tak bisa
mengikuti trendsetter.
Tentu bukan itu saja yang menjadi sorotan dari penyandang gelar agen of change ini. Banyak realita yang mungkin secara gamblang mereka perlihatkan atau bahkan tersirat demi suatu pencitraan. Mata-mata tajam saja, yang mampu menyorot kehidupan yang sebenarnya abu-abu itu. Ketika benar di perdebatkan dan salah di perbincangkan. Banyak generasi muda yang menggantungkan pada gelar mahasiswa. Namun pada kenyataannya harapan itu harus pupus melihat realita yang ada. Sama halnya dengan masa-masa sekolah sebelumnya anak pintar dan aktif mengalahkan anak yang kurang motivasinya dalam belajar. Mereka semakin berbeda, perlakuan yang telah menjadi tradisi.
Tak ada gading yang tak retak, seutuhnya tak sempurna di balik kemasyuran mahasiswa. Di balik prestasi baiknya di sana terdapat perangai mengenakan topeng. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kita harus membeli hidup untuk mempertahankan hidup, apalagi kebahagiaan yang semakin tak wujud rupanya. Si cantik terpaksa si tampan bertukar tempat bahkan mereka kini dalam satu tempat, bermain di putaran yang membuat mabuk dan enggan kembali. Memainkan peranan tak semestinya, seolah-olah benar dengan tingkah manisnya. Melambai tak lesu merangkak semakin terlena.
Dalam kaitannya dengan agen pembaharu bangsa, mahasiswa merupakan tonggak penciptaan dunia baru yang menyejahterakan bangsa kelak. Tentunya bangsa kita memerlukan orang-orang yang mampu memberikan kontribusi, yang jelas harus mempunyai visi ke depan tentang Indonesia. Mahasiswa merupakan bagian dari juru penyelamat bangsa harus mampu menebarkan jiwa nasionalisme terlebih optimisme di kalangannya yang masih berleha-leha dan menganggap semuanya mudah didapat dengan uang. Dengan segala keegoisan hidup menjadikan lupa dari mana mereka berasal dan untuk apa mereka diberi penghidupan olehNya. Nasi belum menjadi bubur, tanamkan semangat untuk membangun masyarakat sejahtera dengan tangan muda kita, tangan mahasiswa! Kita harus sadar diri jika yang di emban sekarang adalah sebuah amanat, di luaran sana banyak yang menanti buah tangan kreativitas mahasiswa, membantu pelik hidup berubah menjadi kebahagiaan.(Yulistika,Linguistika)
Tentu bukan itu saja yang menjadi sorotan dari penyandang gelar agen of change ini. Banyak realita yang mungkin secara gamblang mereka perlihatkan atau bahkan tersirat demi suatu pencitraan. Mata-mata tajam saja, yang mampu menyorot kehidupan yang sebenarnya abu-abu itu. Ketika benar di perdebatkan dan salah di perbincangkan. Banyak generasi muda yang menggantungkan pada gelar mahasiswa. Namun pada kenyataannya harapan itu harus pupus melihat realita yang ada. Sama halnya dengan masa-masa sekolah sebelumnya anak pintar dan aktif mengalahkan anak yang kurang motivasinya dalam belajar. Mereka semakin berbeda, perlakuan yang telah menjadi tradisi.
Tak ada gading yang tak retak, seutuhnya tak sempurna di balik kemasyuran mahasiswa. Di balik prestasi baiknya di sana terdapat perangai mengenakan topeng. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kita harus membeli hidup untuk mempertahankan hidup, apalagi kebahagiaan yang semakin tak wujud rupanya. Si cantik terpaksa si tampan bertukar tempat bahkan mereka kini dalam satu tempat, bermain di putaran yang membuat mabuk dan enggan kembali. Memainkan peranan tak semestinya, seolah-olah benar dengan tingkah manisnya. Melambai tak lesu merangkak semakin terlena.
Dalam kaitannya dengan agen pembaharu bangsa, mahasiswa merupakan tonggak penciptaan dunia baru yang menyejahterakan bangsa kelak. Tentunya bangsa kita memerlukan orang-orang yang mampu memberikan kontribusi, yang jelas harus mempunyai visi ke depan tentang Indonesia. Mahasiswa merupakan bagian dari juru penyelamat bangsa harus mampu menebarkan jiwa nasionalisme terlebih optimisme di kalangannya yang masih berleha-leha dan menganggap semuanya mudah didapat dengan uang. Dengan segala keegoisan hidup menjadikan lupa dari mana mereka berasal dan untuk apa mereka diberi penghidupan olehNya. Nasi belum menjadi bubur, tanamkan semangat untuk membangun masyarakat sejahtera dengan tangan muda kita, tangan mahasiswa! Kita harus sadar diri jika yang di emban sekarang adalah sebuah amanat, di luaran sana banyak yang menanti buah tangan kreativitas mahasiswa, membantu pelik hidup berubah menjadi kebahagiaan.(Yulistika,Linguistika)
Jumat, 18 Januari 2013
SENIMAN PIJAR “ KANG JARO X YUS”
Sahabat
linguistika, penulis akan memperkenalkan seorang Dosen sekaligus seniman yang
bergiat dalam Teater Pijar yang menjadi
santapan informasi faktual saat ini. Yuyus Supriatna S.Sn yang kerap di sapa Kang
Yus X Jaro yang lahir di Camis, 18 maret 1972.
Tidak
diragukan lagi bahwa beliau memang pantas menjadi figur untuk semua masyarakat
khususnya bagi para generasi muda untuk selalu berkarya. Dari rangkaian
kehidupan yang dijalani beliau hingga sampai sekarang, darah asli Ciamis ini
merupakan seorang yang bertalenta dan juga profesional dalam menjalankan
pekerjaannya, yang beliau tanamkan dalam diri dan beliau sampaikan kepada anak
didiknya yakni hidup harus ikhlas,ikhlas
dan ikhlas. Penulis sangat kagum
dengan kesederhanaaan beliau. Kesederhanaan itulah yang menjadi ciri yang
paling bermakna bahwa di balik kesederhanaan itu terdapat jiwa seni yang
produktifitas dan totalitas.
Pencinta
PERSIB ini menjadi tenaga pengajar di SMA 2 Ciamis, SMA Baregbeg dan Dosen
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Galuh. Penulis
juga merupakan anggota Teater Pijar. Banyak sekali pengalaman yang penulis dapatkan
dari kegiatan yang penuh ceria itu, rasa kekeluargaan menyatu seiring dengan
waktu yang mendekatkan kami. Disamping itu penulis bisa mengenal kakak kelas yang memiliki
pengalaman yang lebih, hingga bisa belajar banyak dari mereka. Latihannya pun
cukup mudah tetapi nilainya sangat bermanfaat, Kami dilatih olah tubuh, olah
vokal, akting,baca puisi dan banyak sekali
yang diajarkan Kang Yus. Kang Yus adalah sang motivator yang mentransfer ilmu.
Beliau juga penyemangat dalam memotivasi jiwa-jiwa seni untuk generasi muda dan
cerminan seniman yang berjasa.
Untuk
lebih jelas mengenai penjelasan keteateran, redaksi kami, Tini Mulyani akhirnya
berhasil mewawancarai seniman yang berkarakter tersebut.berikut hasil
wawancaranya:
Redaksi : Menurut akang sendiri, teater itu
seperti apa?
Kang Yus : Teater adalah sebuah seni pertunjukan yang prosesnya harus
dilalui dengan tahap pelatihan dan sebagainya. Nah, hal ini baik untuk
mempelajari karakter. Misalnya saja dalam kegiatan bedah naskah yang
memperhatikan karakter tokoh, bagus
untuk penghayatan, ekspresi dan sebagainya.
Redaksi : Bagaimana tanggapan akang mengenai
pandangan masyarakat terhadap teater?
Kang Yus : Sebetulnya tidak terlalu awam sekali karena ini istilahnya
drama, mungkin hanya prosesnya yang tidak instan untuk sebuah pertunjukan
teater itu dengan waktu yang relatif lama
misalnya memerlukan waktu 3 bulan untuk penggarapan. Mereka menilai bahwa
teater itu sulit padahal sesungguhnya tidak.
Redaksi : Kang sebagai Pembina teater pijar, bagaimana
sejarah tentang teater pijar itu!
Kang Yus : Ketika ibu teti melakukan kunjungan kegiatan ke
tempat-tempat pertunjukan, otomatis ada penampilan sastra, waktu itu ada
penampilan pembacaan puisi. Nah dari itulah terbentuklah nama teater pijar dan
hingga sekarang diikuti Mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan tersebut,
khusus Prodi Diksatrasia. Teater pijar itu sendiri menjadi wadah untuk minat
dalam mengapresiasi bakat Mahasiswa.
Redaksi : Teater identik dengan seni keindahan,
meskipun pemain mengenakan pakaian yang tidak layak pakai karena harus sesuai
dengan karakter tokoh yang diperankan. Bagaimana
tanggapan akang mengenai perihal tersebut!
Kang Yus : Ia benar sekali seni itu indah. Jangan menilai sesuatu
dengan apa yang dikenakan. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah
cerita tersebut. Saya pikir mengenai hal tersebut tergantung bagaimana dengan
konsep cerita dari sutradara. Kalau konteksnya jelas ya sah-sah saja. Dan
misalnya nanti kita menggarap suatu pergelaran, penempatanya harus tahu dan
sesuai.
Redaksi : Teater di kalangan muda kurang di
minati, sebab adanya kegiatan-kegiatan yang lebih modern. Bagaimana cara
memperkenalkan teater di kalangan muda tersebut?
Kang Yus : Tidak dipungkiri misalnya saja di sekolah-sekolah
kurang diminati. Kebanyakan kaum perempuan yang banyak berminat mengikuti ekskul
tersebut. Caranya dengan rajin memperkenalakan bahwa hal itu sangat penting,
misalnya seniman harus mampu memotivasi para pemula dan memperkenalkan bahwa
teater itu dapat mengubah hidup kita lebih berwarna.
Redaksi : Sekolah-sekolah yang bertaraf
internasional, berencana akan menghapus ektrakulikuler teater di sekolahnya. Setuju
atau tidak?
Kang Yus : Saya pikir kalau ekstrakulikuler di hapus saya tidak
setuju. Karena persoalannya sebelum ada SBI juga ekskul sudah berjalan.
Redaksi : manfaat teater itu sendiri apa?
Kang Yus : Banyak perenungan hidup dari belajar teater dengan mengolah drama. Kita lebih enjoy dan lebih menikmati
hidup
Redaksi : Kembali kepada teater pijar,
bagaimana gebrakan untuk kemajuan teater pijar Kang?
Kang Yus : Saya sangat bangga kemarin kita mengadakan syukuran ulang
tahun pijar yang ke-3 dan dengan menampilkan pergelaran merupakan salah satu
gebrakan untuk memperkenalakan teater pijar itu sendiri. rekan-rekan harus
lebih mengembangkan bahwa teater pijar harus eksis berkarya. Dengan menanamkan
motto “selagi bisa kenapa tidak.”
Redaksi : Pesan dan harapan untuk pembaca tabloid
linguistika.
Kang Yus : Linguistika itu bagus dan akan lebih bagusnya bila tabloid
linguistika itu tidak hanya untuk Prodi Diksatrasia dengan menyebar di seluruh UNIGAL
bahkan di luar. Banyak membaca itu banyak sekali manfaat yang di ambil.
Redaksi : Di luar tema pembicaraan kang,
tentunya sahabat linguistika penasaran dengan perubahan rambut, nah adakah
alasanya kenapa tahun baru 2013 rambut gondrong yang menjadi ciri khas akang,
berubah dengan rambut bergaya pendek, bisa di jelaskan kang!
Kang Yus : Saya berambut panjang pada tahun 1992 berapa kali pernah di
potong Cuma kalau potongan seperi ini baru sekarang. Yah namanya hidup harus
ada perubahan dan sesuatu yang baru. Dan kenapa tahun baru, rambut baru? Itu
kebetulan saja, waktu itu saya main ke alun-alun Ciamis di sana ada salon yah
dipotong. Hehe….
*tini mulyani*
Sabtu, 05 Januari 2013
Lingustika Diksatrasia
Lingustika Diksatrasia merupakan bentuk daring dari Tabloid Linguistika. Linguistika Diksatrasia adalah portal berita Diksatrasia Universitas Galuh Ciamis yang mulai beroperasi pada tanggal 05 Januari 2013.
Baca Selengkapnya »»
Langganan:
Postingan (Atom)