Sabtu, 19 Januari 2013

STOP TANPA PRESTASI


Loyalitas akan kemewahan karena pergaulan menjadi prioritas sekelompok orang yang bertitle kan mahasiswa. Sepanjang pagi hingga siang di gedung yang menjanjikan masa depan, mereka memakai apa yang di milikinya kadang kala menjadi special ketika orang lain tidak memiliki. Satu datang yang lainnya pergi tak menyurutkan animo gaya yang sama dengan sebelumnya, hampir sama bahkan mirip. Seakan memenuhi jalanan kampus melenglang dengan celotehan khas ala mahasiswa. Serba baru dan mengikuti trend terkini yang menempel di setiap jengkal badannya, sedikit menyakitkan mata dan perasaan jika yang lain tak bisa mengikuti trendsetter.

Tentu bukan itu saja yang menjadi sorotan dari penyandang gelar agen of change ini. Banyak realita yang mungkin secara gamblang mereka perlihatkan atau bahkan tersirat demi suatu pencitraan. Mata-mata tajam saja, yang mampu menyorot kehidupan yang sebenarnya abu-abu itu. Ketika benar di perdebatkan dan salah di perbincangkan. Banyak generasi muda yang menggantungkan pada gelar mahasiswa. Namun pada kenyataannya harapan itu harus pupus melihat realita yang ada. Sama halnya dengan masa-masa sekolah sebelumnya anak pintar dan aktif mengalahkan anak yang kurang motivasinya dalam belajar. Mereka semakin berbeda, perlakuan yang telah menjadi tradisi.

Tak ada gading yang tak retak, seutuhnya tak sempurna di balik kemasyuran mahasiswa. Di balik prestasi baiknya di sana terdapat perangai mengenakan topeng. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kita harus membeli hidup untuk mempertahankan hidup, apalagi kebahagiaan yang semakin tak wujud rupanya. Si cantik terpaksa si tampan bertukar tempat bahkan mereka kini dalam satu tempat, bermain di putaran yang membuat mabuk dan enggan kembali. Memainkan peranan tak semestinya, seolah-olah benar dengan tingkah manisnya. Melambai tak lesu merangkak semakin terlena.

Dalam kaitannya dengan agen pembaharu bangsa, mahasiswa merupakan tonggak penciptaan dunia baru yang menyejahterakan bangsa kelak. Tentunya bangsa kita memerlukan orang-orang yang mampu memberikan kontribusi, yang jelas harus mempunyai visi ke depan tentang Indonesia. Mahasiswa merupakan bagian dari juru penyelamat bangsa harus mampu menebarkan jiwa nasionalisme terlebih optimisme di kalangannya yang masih berleha-leha dan menganggap semuanya mudah didapat dengan uang. Dengan segala keegoisan hidup menjadikan lupa dari mana mereka berasal dan untuk apa mereka diberi penghidupan olehNya. Nasi belum menjadi bubur, tanamkan semangat untuk membangun masyarakat sejahtera dengan tangan muda kita, tangan mahasiswa! Kita harus sadar diri jika yang di emban sekarang adalah sebuah amanat, di luaran sana banyak yang menanti buah tangan kreativitas mahasiswa, membantu pelik hidup  berubah menjadi kebahagiaan.(Yulistika,Linguistika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar