Salah satu hal yang
paling sering kita hindari dalam ruang lingkup keterampilan berbahasa adalah
menulis. Menulis kadang mudah kadang sulit. Sebenarnya kesulitan itu bersumber
dari dalam diri kita. Ketika apa yang kita pikirkan dalam hidup ini sulit maka
prosesnya akan sulit, sedangkan jika
kita berpikir dengan mudah maka prosesnya akan terasa mudah. Sebab sulit dan
mudah kita yang menciptakan.
Menulis adalah
aktivitas berpikir, yaitu memikirkan rangkaian kata yang akan kita aplikasikan
ke dalam tulisan. Menurut D’Angelo (1980:5) menyatakan bahwa menulis adalah
belajar berpikir dalam dengan cara tertentu. Menulis dilihat dari segi
hakikatnya dapat dibagi atas tiga aspek, yakni (1) menulis sebagai proses
berpikir, (2) menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas,
(3) menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas
berkaitan erat dengan membaca.
Berikut pemaparan
dari ketiga aspek hakikat menulis tersebut.
(1) Menulis
sebagai proses berpikir, seperti yang telah diuraikan di atas bahwa menulis
adalah aktivitas berpikir. Pengalihan ide atau imajinasi ke dalam rangkaian
kata yang memiliki makna dan tujuan untuk disampaikan kepada pembaca. Tulisan
yang baik ialah tulisan yang mampu mengubah pikiran pembaca dari yang belum
tahu menjadi tahu, pengetahuan dan pengalamannya. Mengapa menulis adalah proses
berpikir? Sebab ketika apa yang kita pikirkan tidak baik, maka hasil tulisan
pun tidak akan baik, begitu pun sebaliknya. Pikiran lah yang mengatur aktivitas
menulis.
(2) Menulis
sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas. Karangan atau
cerita merupakan hasil dan bukti dari serangkaian aktivitas menulis. Misalnya
dalam pembelajaran di sekolah, menulis dikatakan serangkaian aktivitas yaitu
ketika siswa diberi kesempatan bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai
keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan pramenulis, penyusunan,
perbaikan, penyuntingan, dan publikasi, siswa dapat mengetahui keterbatasannya
secara jelas dan akan berupaya untuk meningkatkan kemampuan secara bertahap dan
berkesinambungan.
(3) Menulis
sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan
membaca. Hasil proses menulis ada karena sebelumnya kita membaca. Menulis dan
membaca tidak bisa terpisahkan, ibarat makan dan minum. Jika ada salah satu
yang terpisah, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup kita terutama
dalam pemahaman dan pengalihan informasi. Keterampilan membaca menunjang
keterampilan menulis. Jika menulis ialah pengalihan informasi atau pesan yang
telah kita terima, maka membaca ialah penyerapan (bukan menerima) informasi
atau pesan yang akan kita terima.
Ketiga aspek dalam hakikat menulis
tersebut harus kita pahami dan cermati, jika kita berada dalam ranah
keterampilan berbahasa terutama menulis. Sebab tidak ada suatu kegiatan yang
pada akhirnya akan menulis terutama di lingkungan
akademik.
Menulis bukan bakat
Segala sesuatu yang
ada dan terjadi di dunia ini tak luput dari yang namanya proses. Berbagai
fenomena pun ada prosesnya. Contoh yang paling dekat dengan kita ialah di
lingkungan sekitar atau fenomena alam. Seekor kupu-kupu yang terbang dengan
kibasan sayap indahnya tentu melalui sebuah proses yaitu metamorfosis. Sebelum
menjadi kupu-kupu dengan bentuk sayap yang indah, terlebih dahulu menjadi
seekor ulat berbulu tajam dengan bentuk menggelikan dan buruk rupa. Setelah itu
membalut diri dengan kulit keras, menggantungkan diri di ranting-ranting pohon,
dan menghabiskan waktu yang begitu lama hingga berminggu-minggu menjadi
kepompong. Seiring berjalan waktu, ulat yang menjadi kepompong tersebut
akhirnya mengepakkan sayap indahnya, jadilah ia seekor kupu-kupu yang cantik.
Fenomena alam
mengajarkan kita bagaimana memahami sebuah proses terutama menjalaninya. Sebab
hal yang paling tidak bisa kita hindari adalah sebuah proses. Diam atau
bergerak pun bisa merupakan sebuah proses. Proses akan menuntun ke arah
perubahan yang lebih baik. Aktivitas menulis merupakan salah satu proses yang
mampu membawa kita ke dunia lain dan memperoleh sesuatu yang lain tentunya yang
bermanfaat terhadap perkembangan diri.
Menurut penulis ada
dua hal yang mampu membangkitkan jiwa kepenulisan yang ada di dalam diri kita,
yaitu keinginan dan konsistensi. Keduanya berpengaruh terhadap alur dan makna
yang akan kita terapkan dalam bahan tulisan kita.
Pertama, keinginan.
Setiap manusia dibekali dengan pikiran dan hati. Pikiran dan hati akan selaras
jika berada dalam situasi dan kondisi yang membuat kita merasa tenang dan
nyaman. Jika keduanya tidak selaras maka kehampaan dan kegelisahan lah yang
akan menghampiri ruang pemikiran kita. Pikiran dan hati yang tenang disertai
situasi serta kondisi yang nyaman merupakan pemicu timbulnya suatu keinginan.
Begitu tinggi keinginan kita dalam menulis, maka ide atau gagasan pun akan
mudah kita dapatkan. Mudah dalam arti kita merasa tidak terbebani dalam
pencarian informasi, pembacaan bahan bacaan, dan pengaplikasian ide/gagasan.
Kedua, konsistensi.
Konsistensi ialah ketetapan yang berpusat di dalam diri. Ini ada hubungannya
dengan mental atau keadan psikologis seseorang. Setiap orang memiliki sikap
konsisten, misalnya jika kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi tentu hal pertama
kali yang harus kita lakukan ialah berusaha untuk mewujudkannya. Berusaha
secara terus menerus merupakan wujud dari sikap konsisten kita. Apalagi jika
ingin menjadi seorang penulis, tidak cukup hanya memiliki keinginan saja
melainkan harus konsisten. Konsisten dalam hal pencarian informasi dari
berbagai sumber, konsisten dalam berlatih menulis, dan konsisten dalam
memotivasi diri terhadap apa yang akan menjadi bahan tulisan kita.
Keinginan dan
konsistensi merupakan dua hal yang harus tertanam dalam jiwa kita, jika ingin
mewujudkan apa yang kita mimpikan. Setelah adanya keinginan, terapkan lah sikap
konsisten dalam diri, seperti dalam pepatah bahwa sesuatu yang besar bisa
terjadi dan ada karena diawali dari sesuatu yang kecil yang dilakukan secara
konsisten. Semoga!
Aji Septiaji, S.Pd.
Pengajar pada mata
kuliah dasar umum Bahasa Indonesia.
Karya tulis seperti
artikel, opini, puisi, dan cerpen telah diterbitkan
di HU. Kabar
Priangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar